Allah I
memerintahkan agar kita – segenap kaum Muslimin – beradab yang
baik dengan tetangga kita, sebagaimana Allah I
perintahkan dalam firman-Nya (yang artinya), “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang tua (ibu dan bapak), karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh.” (an-Nisa' : 36). bagaimanakah adab
bertetangga yang benar menurut syariat Islam? Mari kita kaji dalam
buletin edisi kali ini, dengan memohon pertolongan dari Allah I.
Siapakah
tetangga?
“Tetangga” adalah orang yang dekat
tinggalnya dengan rumah kamu; telah datang sebagian atsar yang
menjelaskan bahwa tetangga adalah 40 rumah dihitung dari semua sisi
dari rumahmu.
Tentu tak diragukan lagi bahwa yang
berdekatan dengan rumahmu itulah tetanggamu; jika atsar tersebut
benar dari Rasulullah r maka itu
adalah sebuah kebenaran, namun jika tidak maka kita kembalikan kepada
urf (adat), jika
adat manusia menyatakan itu tetangga maka itu adalah tetangga.
Telah berkata para ulama dalam
pembagian tetangga :
-
Tetangga, kerabat, dan dia seorang muslim, maka dia memiliki hak tetangga, kerabat, dan hak seorang muslim.
-
Tetangga, muslim namun bukan kerabat, maka dia memiliki hak tetangga dan Islam.
-
Tetangga kafir, maka dia hanya memiliki hak bertetangga saja. Namun jika dia kerabat maka dia juga memiliki hak kekerabatan juga.
Maka mereka semua yang tersebut di
atas memiliki hak-hak yang harus ditunaikan. (Syarah
Riyadhush Shalihin 2/145 Syaikh
Utsaimin)
Kewajiban memuliakan tetangga
Rasulullah bersabda :
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barang siapa beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaknya dia memuliakan tetangganya.” (HR
al-Bukhari : 5589, Muslim : 70)
Hal ini menunjukkan akan pentingnya
berakhlak dan bertingkah laku yang baik dengan tetangga, bagaimana
sikap seseorang dengan tetangganya maka hal itu menunjukkan akan
sempurna atau tidaknya keimanannya.
Larangan berbuat buruk terhadap
tetangga
Kaum muslimin yang dirahmati oleh
Allah, betapa sering kita mendengar percekcokan antar tetangga,
permusuhan, yang kemudian terwujud dalam ucapan, sikap dan perbuatan,
adu mulut, perkelahian, bahkan sampai pada tingkat yang saling
membunuh! Entah pendorongnya anak, istri, suami, atau kendaraan,
tumbuhan, dll. Yang jelas, hal itu dilarang didalam agama Islam.
Perhatikanlah sabda Rasulullah r :
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ
جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak akan masuk surga siapa saja
yang tetangganya tidak aman
dari gangguannya.” (HR Muslim : 46)
Bahkan di dalam riwayat Imam
al-Bukhari rohimahullah (No. 6016), Rasulullah menyatakan dan
bersumpah tiga kali. “Demi Allah, dia tidak beriman!” (3 kali).
Berkata para sahabat y, “Siapa,
ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Yaitu orang yang
tetangganya tidak aman dari kejahatannya.”
Bahwasanya orang yang senantiasa
mengganggu tetangganya maka keimanannya tidak sempurna. Maka
perhatikanlah hal ini, wahai saudaraku seiman, terkadang seorang
tetangga berkata ini dan itu atau berbuat ini dan itu yang dia sangka
tidak mengganggu tetangganya, namun ternyata tetangganya menangis,
bersedih atas ucapan dan tingkah lakunya yang mengganggu dan
menyakitkan.
Anjuran
untuk saling memberi hadiah
Islam adalah agama yang indah. Tatkala
Islam melarang dari menyakiti dan mengganggu tetangga, maka Islam
menganjurkan untuk saling memberi hadiah, yang akan mendatangkan
saling mencintai karena Allah I.
Rasulullah r telah menganjurkan hal
tersebut, sebagaimana sabda-Nya :
يَا
أَبَا ذَرٍّ، إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً
فَأَكْثِرْ مَاءَهَا، وَتَعَاهَدْ
جِيْرَانَكَ
“Wahai Abu Dzar! Jika engkau memasak
sayur, maka perbanyaklah kuahnya, dan hadiahkanlah kepada
tetanggamu.” (HR Muslim : 2625)
Maka hendaklah kita bersegera
mengamalkan hadits yang mulia ini, saling memberi di antara tetangga
akan mendatangkan kemaslahatan yang banyak dengan izin Allah, bukan
hanya terhadap sayur saja, melainkan juga makanan-makanan yang kering
dan selainnya.
Begitu pula sabda Rasulullah r
tahaaduu takhaabuu –
artinya : “Saling memberi hadiahlah di antara kalian, maka hal itu
akan menumbuhkan cinta kasih di antara kalian.” (Dinyatakan hasan
oleh Syaikh al-Albani rohimahullah dalam Irwa'al-Ghalil bab
al-Hibah 1601, al-Bukhari dalam Adabul Mufrad 594,
dll.)
Tetangga baik merupakan kebahagiaan
bagi tetangga yang lain
Bagaimana tidak, ketika kita ingin
diperlakukan baik oleh tetangga kita, maka kita harus berbuat baik
pula dengan tetangga kita. Kenapa harus demikian, wahai saudaraku
seiman? Karena itu sebuah kelaziman. Karena kebaikan akan dibalas
dengan kebaikan pula, sebagaimana firman Allah I:
هَلْ
جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ﴿٦٠﴾
Tidak ada balasan kebaikan kecuali
kebaikan (pula). (QS. Ar-Rahman : 60)
Begitu
pula apa yang disabdakan oleh Rasulullah r
(yang artinya), “Empat
perkara termasuk unsur kebahagiaan (seseorang) : istri shalihah,
tempat tinggal yang lapang, tetangga
yang baik (tingkah lakunya),
dan kendaraan yang nyaman.”
(Silsilatush Shahihah 282)
Sudah
seharusnya kita mencari
tetangga yang baik akhlak dan tingkah lakunya karena ini merupakan
unsur kebahagiaan seseorang. Lebih dari itu, kita pun harus menjadi
tetangga yang baik bagi para tetangga kita. Sebaliknya, tetangga yang
buruk akhlak dan tingkah lakunya akan menjadi kemalangan bagi
tetangganya.
Bersabar terhadap gangguan tetangga
Bertetangga
tidak selamanya manis dan
baik. Terkadang sikap dan akhlak tetangga membuat sakit tetangga yang
lain. Bagaimanakah sikap yang harus dilakukan tatkala hal itu menimpa
seseorang? Hendaklah dia berusaha bersabar, senantiasa untuk
menasihatinya dan mendo'akan kebaikan baginya, mendapatkan hidayah
dari Allah I,
sehingga dia tidak menyakiti lagi. Rasulullah r
bersabda (yang artinya), “Ada tiga golongan yang dicintai Allah :
(salah satunya adalah) seseorang yang selalu disakiti oleh
tetangganya, namun dia senantiasa bersabar menghadapi gangguannya
tersebut hingga kematian atau perpisahan memisahkan keduanya.” (HR
Ahmad : 21530, shahih menurut syarat Muslim, tetapi Muslim tidak
meriwayatkannya, al-Mustadrak 2/98)
Di antara sebab-sebab retaknya
hubungan bertetangga
Sudah
menjadi hal yang perlu diperhatikan, baiknya hubungan bertetangga,
karena itulah yang diperhatikan oleh Allah I
dan rasul-Nya. Untuk itu, kita
harus mengetahui sebab-sebab retaknya hubungan bertetangga agar kita
berhati-hati dan menjauhinya serta tidak terjerumus ke dalamnya.
Beberapa hal yang kerap memicu retaknya bertetangga :
-
sering mengganggu tetanggaMengganggu bisa dengan tingkah laku maupun ucapan. Hal ini sebagaimana di tegaskan oleh Rasulullah r, “Tidak akan masuk surga siapa saja yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR Muslim : 46)
-
Kurang empati dengan tetanggaManusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dia tidak butuh pada orang lain. Di antara hal yang memicu retaknya bertetangga adalah tidak peduli dengan tetangga. Ketika mereka butuh bantuan dari tetangganya, tetangganya tak peduli (egois/cuek). Maka dari itu, hendaknya kita peduli dan empati kepada tetangga agar tidak terjadi retaknya bertetangga. Rasulullah r bersabda, “Siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan penuhi kebutuhannya. Barang siapa mengangkat kesusahan seorang muslim, maka Allah akan mengangkat darinya kesulitan yang ada pada hari kiamat.” (Shahih Targhib wat Tarhib 2333)
-
Menyebarkan aib tetanggaTak satu pun manusia yang menginginkan aibnya diobral. Maka dari itu, hendaknya kita menutup aib orang lain agar Allah menutup aib kita (lihat HR Muslim : 2699).
-
Perkataan yang burukSebagaimana sabda Rasulullah r, “... Tidak ada kebaikan padanya, dia itu penghuni neraka, yaitu wanita yang menyakiti tetangganya dengan lisannya.” (Lihat ash-Shahihah 190)
-
Buruk akhlakHal ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad r, “... Empat perkara termasuk kemalangan seseorang : istri yang buruk (akhlaknya), tetangga yang buruk (akhlaknya) ...” (Silsilatush Shahihah 282)Dan lain-lain.
Penutup
Dari
sekelumit uraian di atas,
maka wajib bagi kita untuk memperhatikan dan menjaga hak-hak
bertetangga yang wajib kita tunaikan, wajib bagi kita berbuat baik
dengannya sebisa mungkin. Serta haram menyakiti, meremehkan,
bermusuhan, dan mengganggu tetangga kita, siapa pun tetangga kita;
kaya, pejabat, terhormat, atau miskin, rakyat jelata. Semuanya harus
mendapatkan kebaikan dari kita, karena itulah yang diperintahkan oleh
Allah I
dan Rasulnya.
Allahu A'lam.
Penulis: Abu Rima
Sumber: Buletin
Dakwah Islam AL Furqon Tahun ke-10 Volume 1 Nomor 4
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer