As-Sunnah juga mempunyai arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji dan tercela. Seperti sabda Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam ,
"Sungguh kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (HR. Al-Bukhari no 3456, 7320 dan Muslim no. 2669 dari Sahabat Abu Sa'id al-Khudri).
Lafazh "sanana" maknanya adalah (pandangan hidup mereka dalam urusan agama dan dunia).
"Barangsiapa
memberi contoh suatu sunnah (perilaku) yang baik dalam Islam, maka
baginya pahala kebaikan tersebut dan pahala orang yang mengerjakannya
setelahnya, tanpa mengurangi sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan
barang siapa memberi contoh sunnah (perilaku) yang jelak dalam Islam
...." (HR. Muslim). ((HR. Muslim no. 1017, at-Tirmidzi no. 2675,
Ibnu Majah no. 203, ad-Darimi no. 514, Ahmad (IV/357), an-Nasa-i no.
2553, dan yang lainnya dari Sahabat Jarir bin ‘Abdillah. Hadist
selengkapknya adalah sebagai berikut, "Dari al-Mundzir bin jarir, dari
bapaknya, dia berkata, "Kami pernah berada bersama Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam pada permulaan terik siang. Dia berkata, ‘Lalu datanglah kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam suatu
kaum dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang, hanya memakai
kain selimut (yang nampak dari yang memakainya hanya bagian kepala
saja) atua mantel dari karung sambil menyandang pedang, kebanyakan
mereka dari kabilah Mudhar, bahkan semuanya dari Mudhar. Melihat
kondisi demikian raut wajah Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam menjadi
berubah (karena merasa iba) karena melihat kefakiran yang menimpa
mereka. Lalu beliau masuk kemudian keluar, kemudian menyuruh Bilal
untuk mengumandangkan adzan dan iqamah. Rasulullah shalallhu'alaihi wassalam lalu
mengerjakan shalat kemudian dikuti dengan berkhutbah, sambil bersabda :
‘Hai sekalain manusia bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, .... sampai akhir ayat ‘Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu,' (An-Nisaa': 1) juga membaca ayat dalam surat Al-Hasyr, ‘Hari
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memeprhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah....' (Al-Hasyr: 18).
(Karena mendengar khutbah Nabi tersebut) Kemudian ada seseorang
bershadaqah dari dinarnya, diharmnya, pakaiannya, dari satu sha'
(kira-kira 3 kg) gandumnya, satu sha' kurma, sampai-sampai beliau
mengatakan walaupun hanya dengan setengah butir kurma kering.' Dia
berkata: "Kemudian seorang laki-laki dari Kaum Anshar membawa membawa
sekantung penuh kurma, hampir-hampir telapak tangannya tidak kuat untuk
membawahnya, bahkan benar-benar lemah, maka hal itu diikuti silih
berganti oleh banyak orang. Sampai-sampai aku melihat dua tumpukan
makanan dan pakaian yang sangat banyak. Akupun melihat raut wajah
Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam bergembira seakan-akan bersinar cerah sekali, kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa
yang mencontohkan suatu sunnah yang baik dalam Islam, maka baginya
pahala sunnah tersebut dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya,
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barang siapa mencontoh
suatu sunnah yang jelek/buruk dalam Islam, maka dosanya akan
ditanggungnya dan juga dosa orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun.')
"Barangsiapa
memberi contoh suatu sunnah (perilaku) yang baik dalam Islam, maka
baginya pahala kebaikan tersebut dan pahala orang yang mengerjakannya
setelahnya, tanpa mengurangi sesuatu apapaun dari pahalam mereka. Dan
barangsiapa memberi contoh sunnah (perilaku) yang jelak dalam Islam
...."
Lafazh "sunnah" maknanya adalah "sirah" (perilaku). (Lihat kamus bahasa, Lisaanul ‘Arab, Mukhtaarush Shihaah dan al-Qaamuusul Muhith: (bab: Sannana).
Pengertian as-Sunnah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu petunjuk yang telah ditempuh oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam dan para Sahabatnya baik berkenaan dengan ilmu, ‘aqidah, perkataan, perbuatan maupun ketetapan.
As-Sunnah juga digunakan untuk menyebut sunnah-sunnah (yang berhubungan dengan) ibadah dan ‘aqidah. Lawan kata "sunnah" adalah "bid'ah".
Nabi shalallahu'alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya
barang siapa yang hidup diantara kalian setelahkau, maka akan melihat
perselisihan yang banyak. Maka hendaknya kalian berpegang teguh pada
Sunnahku dan Sunnah para Khulafa-ur Rasyidin dimana mereka itu telah
mendapat hidayah." (Shahih Sunan Abi Dawud oleh Syaikh al-Albani).
(HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud no. 4607, at-Tirmidzi no. 2676, dan
al-Hakim (I/95), dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi.
Lihat keternagan hadits selengkapnya di dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 2455
oleh Syaikh al-Albani.
Pengertian Jama'ah Secara Bahasa (Etimologi)
Jama'ah diambil dari kata "jama'a"
artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan
sebagian lain. Seperti kalimat "jama'tuhu" (saya telah
mengumpulkannya); "fajtama'a" (maka berkumpul).
Dan kata tersebut berasal dari kata "ijtima'" (perkumpulan), ia lawan kata dari "tafarruq" (perceraian) dan juga lawan kata dari "furqah" (perpecahan).
Jama'ah adalah sekelompok orang banyak; dan dikatakan juga sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan.
Dan
jama'ah juga berarti kaum yang bersepakat dalam suatu masalah. (Lihat
kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, Mukhtaraarush Shihaah dan al-Qaamuusul
Muhiith: (bab: Jama'a).
Pengertian Jama'ah Secara Istilah (Terminologi):
Yaitu
kelompok kaum muslimin ini, dan mereka adalah pendahulu ummat ini dari
kalangan para sahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti jejak
kebaikan mereka sampai hari kiamat; dimana mereka berkumpul berdasarkan
Al-Qur-an dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan yang telah
ditempuh oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam baik secara lahir maupun bathin.
Allah
Ta'ala telah memeringahkan kaum Mukminin dan menganjurkan mereka agar
berkumpul, bersatu dan tolong-menolong. Dan Allah melarang mereka dari
perpecahan, perselisihan dan permusuhan. Allah Subhanahu wata'ala berfirman: "Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (Ali Imran: 103).
Dia berfirman pula, "Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka." (Ali Imran: 105).
Nabi shalallahu'alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya
agama ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (golongan), tujuh
puluh dua tempatnya di dalam Neraka dan satu tempatnya di dalam Surga,
yaitu ‘al-Jama'ah." (Shahih Sunan Abi Dawud oleh Imam al-Albani).
(HR. Abu Dawud no. 4597, Ahmat (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi
(II/241). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam
adz-Dzahabi dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Dishahihkan pula oleh Syaikh
al-Albani. Lihat Silsilatul Ahadadiitsish Shahiihah no. 203.204).
Beliau juga bersabda, "Hendaknya
kalian bersatu, dan janganlah bercerai-berai. Karena sesungguhnya
syaitan itu bersama seorang, dan dia dari dua orang lebih jauh.
Barangsiapa menginginkan di tengah-tengah Surga, maka hendaknya ia
berjama'ah (bersatu)!" (HR Ahmad, dalam Musnadnya, dan dishahihkan
oleh Imam al-Albani dalam kitab Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim). (HR.
At-Tirmidzi no. 2165, Ahmad (I/18), lafazh ini milik at-Tirmidzi.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab as-Sunnah karya Ibnu Abi
‘Ashim dan bersamanya kitab Zhilaalul Jannah fi Takhrij as-Sunnah no.
88).
Seorang Sahabat yang mulia bernama ‘Abullah bin Mas'ud radhiallahu'anha berkata, "Al-Jama'ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian."
(Diriwayatkan oleh al-Lalika-i dalam kitabnya, Syarah Ushul I'tiqaad
Ahlis Sunnah walJama'ah). (Syarah Ushuulil I'tiqaad karya al-Lalika-i
no. 160 dan al-Baa'its ‘alaa Inkaaril Bida' wal Hawaadits hal. 91-92,
tahqiq oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Salman).
Jadi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, adalah mereka yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wassalam ,
para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak dan jalan mereka,
baik dalam hal ‘aqidah, perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang
istiqamah (konsisten) dalam ber-ittiba' (mengikuti Sunnah Nabishalallahu'alaihi wassalam
) dan menjauhi perbuatan bid'ah. Mereka itulah golongan yang tetap
menang dan senantiasa ditolong oleh Allah sampai hari Kiamat. Oleh
karena itu mengikuti mereka (Salafush Shalih) berarti mendapatkan
petunjuk, sedang berselisih terhadapnya berarti kesesatan.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah mempunyai karakteristik dan keistimewaan, diantaranya :
- Mereka mempunyai sikap wasathiyah (pertengahan) di antara ifraath (melampaui batas) dan tafriith (menyia-nyiakan); dan di antara berlebihan dan sewenang-wenang, baik dalam masalah ‘aqidah, hukum atau akhlak. Maka mereka berada di pertengahan antara golongan-golongan lain, sebagaimana juga ummat ini berada dipertengahan antara agama-agama yang ada.
- Sumber pengambilan pedoman bagi mereka hanyalah al-Qur-an dan as-Sunnah, Mereka pun memperhatikan keduanya dan bersikap taslim (menyerah) terhadap nash-nashnya dan memahaminya sesuai dengan manhaj Salaf.
- Mereka tidak mempunyai iman yang diagungkan, yang semua perkataannya diambil dari meninggalkan apa yang bertentangan dengan kecuali perkataan Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam . Dan Ahli Sunnah itulah yang paling mengerti dengan keadaan Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam perkataan dan perbuatannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling mencintai sunnah, yang paling peduli untuk mengikuti dan paling lolal terhadap para pengikutnya.
- Mereka meninggalkan persengketaan dan pertengkaran dalam agama sekaligus menjauhi orang-orang yang terlibat di dalamnnya, meninggalkan perdebatan dan pertengkaran dalam permasalahan tentang halal dan haram. Mereka masuk ke dalam dien (Islam) secara total.
- Mereka mengagungkan para Salafush Shalih dan berkeyakinan bahwa metode Salaf itulah yang lebih selamat, paling dalam pengetahuannya dan sangat bijaksana.
- Mereka menolak ta'wil (penyelewengan suatu nash dari makna yang sebenarnya) dan menyerahkan diri kepada syari'at, dengan mendahulukan nash yang shahih daripada akl (logika) belaka dan menundukkan akal di bawah nash.
- Mereka memadukan antara nash-nash dalam suatu permasalahan dan mengembalikan (ayat-ayat) yang mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian/tidak jelas) kepada yang muhkam (ayat-ayat yang jelas dan tegas maksudnya).
- Mereka merupakan figur teladan orang-orang yang shalih, memberikan petunjuk ke arah jalan yang benar dan lurus, dengan kegigihan mereka di atas kebenaran, tidak membolak-balikkan urusan ‘aqidah kemudian bersepakat atas penyimpangannya. Mereka memadukan antara ilmu dan ibadah, antara tawakkal kepada Allah dan ikhtiar (berusaha), antara berlebih-lebihan dan wara' dalam urusan dunia, antara cemas dan harap, cinta dan benci, antara sikap kasih sayang dan lemah lembut kepada kaum mukminin dengan sikap keras dan kasar kepada orang kafir, serta tidak ada perselisihan diantara mereka walaupun di tempat dan zaman yang berbeda.
- Mereka tidak menggunakan sebutan selain Islam, Sunnah dan Jama'ah.
- Mereka peduli untuk menyebarkan ‘aqidah yang benar, agama yang lurus, mengajarkannya kepada manusia, memberkan bimbingan dan nasehat kepadanya serta memperhatikan urusan mereka.
- Mereka adalah orang-orang yang paling sabar atas perkataan, ‘aqidah dan dakwahnya.
- Mereka sangat peduli terhadap persatuan dan jama'ah, menyeru dan menghimbau manusia kepadanya serta menjauhkan perselisihan, perpecahan dan memberikan peringatan kepada manusia dari hal tersebut.
- Allah Ta'ala menjaga mereka dari sikap saling mengkafirkan sesama mereka, kemudian mereka menghukumi orang selain mereka berdasarkan ilmu dan keadilan.
- Mereka saling mencintai dan mengasihi sesama mereka, saling tolong menolong diantara mereka, saling menutupi kekurangan sebagian lainnya. Mereka tidak loyal dan memusuhi kecuali atas dasar agama.
Secara
garis besarnya, ahlus sunnah wal jama'ah adalah manusia yang paling
baik akhlaknya, sangat peduli terhadap kesucian jiwa mereka dengan
berbuat ketaatan kepada Allah Ta'ala, paling luas wawasannya, paling
jauh pandangan, paling lapang dadanya dengan khilaf (perbedaan
pendapat) dan paling mengetahui tentang adab-adab dan prinsip-prinsip
khilaf.
Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Secara Ringkas
Bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu golongan yang telah Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam janjikan
akan selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka
bertumpu pada ittiba'us sunnah (mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa
yang dibawa oleh nabi baik dalam masalah ‘aqidah, ibadah, petunjuk,
tingkah laku, akhlak dan selalu menyertai jama'ah kaum Muslimin.
Dengan
demikian, maka definisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak keluar dari
definisi Salaf. Dan sebagaimana telah dikemukakan bahwa salaf ialah
mereka yang mengenalkan Al-Qur-an dan berpegang teguh dengan As-Sunnah.
Jadi Salaf adalah Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi shalallahu'alaihi wassalam. Dan ahlus sunnah adalah Salafush Shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka.
Inilah
pengertian yang lebih khusus dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Maka tidak
termasuk dalam makna ini semua golongan ahli bid'ah dan orang-orang
yang mendikuti keinginan nafsunya, seperti Khawarij, Jahmiyah,
Qadariyah, Mu'tazilah, Murji'ah, Rafidhah (Syiah) dan lain-lainnya dari
ahli bid'ah yang meniru jalan mereka.
Maka
sunnah adalah lawan kata bid'ah, sedangkan jama'ah lawan kata firqah
(gologan). Itulah yang dimaksudkan dalam hadits-hadits tentang kewajiban
berjama'ah dan larangan bercerai-berai.
Inilah
yang dimaksudkan oleh "Turjumanul Qur-an (juru bicara al-Qur-an)" yaitu
‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu'anhu dalam menafsirkan firman Allah
Ta'ala, "Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula maka yang hitam muram". (Ali Imran: 106).
Beliau
berkata, "Muka yang putih berseri adalah muka Ahlus Sunnah wal Jama'ah
dan muka yang hitam muram adalah muka ahlil bid'ah dan furqah
(perselisihan)." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Juz I hal. 390 (QS. Ali
Imran: 106).
sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah), terj. Farid bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I), hlm. 50 -60.
Buku Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer